Assaamualaikum Wr. Wb.
Haloo! ketemu lagi ya di blogku ini, semog kalian senang dengan blogku. Libur telah tiba! Saatnya aku pulang ke Nunukan. Aku akan pulang ke Nunukan! Tapi, ada cerita dibaliknya, Check This Out!
Kisah ini adalah kisah saat aku akan pulang kampung ke
Nunukan, tapi gagal. Gagal? Iya, aku nggak jadi berangkat karena cuaca di
Samarinda buruk. Nah, sudah diketahui oleh banyak orang kalau di Samarinda, pas
hujan deras apalagi lama sudah dipastikan kota yang dibelah oleh Sungai Mahakam
ini akan digenangi air.
Kisah ini dimulai saat pagi hari di rumah keluarga jauhku.
Keluargaku ini merupakan adik paling bungsu dari kakekku dari ibuku. Bisa
dibilang beliau adalah “Kakek om”ku. Beliau bernama Moh. Slamet atau biasa aku
panggil dengan Mbah Slamet.
Saat itu, aktivitasku hanya browsing di internet. Sekedar
menjalankan hobi dan menghabiskan paket internet yang sangat melimpah. Akupun
browsing sekedar mengunjungi sosial media dan beberapa website teknologi.
Saat browsing aku sungguh bosan, sebab aku tidak tahu apa
lagi yang harus aku kerjakan. Ditambah cuaca di luar membuat aku bertambah
malas. Cuaca saat itu hujan gerimis dan sangat dingin. Akhirnya aku tidak bisa
berkutik di depan laptop saking malasnya aku.
Selanjutnya aku memutuskan mandi pada jam 9 lebih 7 menit.
Saat mandi, aku berasa deg-degan. Kenapa? Ya, karena saat itu aku sangat senang
bisa segera berkumpul lagi dengan seluruh keluargaku di Nunukan. Aku putuskan
saat itu agar cepat menyelesaikan mandi dan langsung sarapan pagi.
Setelah sarapan aku menyusun pakaianku di kamar. Banyak
barang-barang yang saat itu berhamburan. Itu membuat aku agak kesel. Aku pun
menyelesaikan berang-barangku dan bersantai di ruang keluarga sambil menikmati
acara di televisi.
Tepat jam 10.47 akupun ganti pakaian dan bersiap-siap untuk
ke bandara. Aku memakai jas hujan dan menaiki motor. Di atas motor aku melihat
gerimis yang sudah mulai turun. Dan aku menyadari jika mbahku ini memilih untuk
memutar jalan menjadi agak jau agar kami tidak bertemu dengan banjir. Tapi
semua usaha kami jadi seperti sia-sia saat sampai di jalan masuk ke bandara.
Jalan tersebut banjir setinggi ±30 cm.
Kami melewati jalan tersebut dengan penuh was-was. Takut
motor yang akan kami tumpangi menjadi mogok di tengah jalan yang banjir ini.
Akhirnya, kami berhasil tiba di bandara. Kemudian aku langsung masuk ke dalam
terminal bandara untuk bersiap check-in.
Jam menunjukkan 11.30 Wita. Aku datang 30 lebih awal dari
jadwal check-in di tiket. Namun, saat melihat papan check in. Aku shok karena
check in yang dibuka masih melayani penerbangan ke Melak. Padahal, harusnya
pesawat yang ke Melak sudah berangkat 1 jam yang lalu. Berarti pesawat yang akan
aku tumpangi belum datang dari Tanjung Selor.
Jika melihat jadwal. Pesawat aku akan datang jam 10.15 ke
Samarinda untuk membawa penumpang ke melak. Kemudian jam 13.00 pesawat dari
melak akan datang lagi membawa penumpang seperti aku ke Tanjung Selor, Tarakan,
Nunukan.
Karena check in untuk tujuan Nunukan belum dibuka. Maka aku
memutuskan untuk mengunjungi teman ayah aku di BMKG Stamet Samarinda. Beliau
bernama Sutris, dan aku biasa memanggilnya dengan nama Om Tris.
Aku lumayan lama menunggu di sana sambil menonton televisi.
Saat aku makan, aku melihat pesawat Kalstar datang. Dan itu merupakan pesawat
yang datang Berau. Pesawat tersebut harusnya datang jam 10.15 juga bersama yang
dari Tanjung Selor. Namun, pesawat itu baru sampai jam 12.00 lambat 1 jam 45 menit.
Aku langsung memutuskan untuk kembali ke terminal untuk
meminta kepastian dan sekalian bersiap-siap untuk check-in. Saat tiba di sana,
aku mendapat kabar jika pesawat akan telat berangkat dari Samarinda. Dari
jadwal yang diberikan pihak maskapai, pesawat yang akan aku tumpangi akan
terbang jam 16.00. Sungguh lama menunggu di terminal dalam keadaan was-was.
Aku nggak jadi check in. Aku lebih memilih kembali ke kantor
tadi. Dan aku menunggu di sana sambil menonton tv lagi. Dari kantor aku melihat
pesawat dari Tanjung Selor datang dan pesawat dari Berau tadi akan pergi
meninggalkan Samarinda.
Hal yang tak terduga dan disangka terjadi. Pesawat dari
Berau tidak jadi terbang meninggalkan bandara. Pesawat itu tidak berani
mengambil resiko terbang karena landasan pacu terendam air sekitar sepertiga
bandara. Hal ini ditambah landasan pacu bandara Temindung kurang panjang. Maka,
pesawat tadi memilih menunggu air yang menggenang tadi surut.
Hal itu yang membuat aku makin khawatir dan memilih kembali
ke terminal bandara untuk meminta kepastian pada pihak Kalstar. Dari pihak
Kalstar menyatakan bahwa pesawat dari Tanjung Selor tadi akan terbang ke
Kaltara. Namun, pesawat tadi terbang hanya sampai Tarakan. Jadi yang menuju
Nunukan di CANCEL. CANCEL!!! Shok, panik, khawatir, stres, tertekan menjadi
satu.
Aku hanya bisa terdiam di terminal. Yang aku takutkan pun
akan terjadi. Pesawat yang akan aku tumpangi akan dibatalkan. Aku disarankan
sama pihak maskapai untuk refund tiket atau menguangkan tiket yang aku punya.
Aku pun memutuskan mendatangi perwakilan Kalstar di Bandara
untuk refund tiketku. Tapi, ujian datang lagi dari Tuhan buatku. Di kantor
perwakilan itu, rupanya tidak ada dana simpanan, dan hal ini diperparah dengan
bank-bank di Samarinda tutup, sehingga uang tiketku nggak bisa ditarik. Maka,
aku menelpon ayahku dan memberitahukan semua ini kepadanya.
Akhirnya aku disuruh istirahat sama Om Tris di kantor.
Sambil menunggu beliau mengambil uang yang ditransfer ayah dan menguruskan aku
buat penerbanganku besok melalui Balikpapan. Aku pun diberitahukan ayahku kode
penerbangan buat pesawat besok.
Aku akhirnya hanya diam menunggu sambil memainkan handphone.
Kadang aku diam dengan gaya kalem. Kemudian berubah gaya saat aku kedinginan
karena AC dan bandanku ada beberapa yang belum kering karena tadi kena air
akibat banjir di bandara. Aku memutuskan menonton tv. Ya, hanya itu yang bisa
ku lakukan.
Setelah menunggu sekitar satu setengah jam, Om Tris datang
dan memberikanku uang yang ditransferkan oleh ayahku. Kemudian aku mencetak
tiket elektronik. Dan aku diajak Om Tris ke rumahnya yang tidak jauh dari
kantor BMKG Samarinda.
Aku masuk ke dalam rumah. Beristirahat sebentar. Aku
ditawarkan Om Tris untuk mengelilingi kota atau mengunjungi keluarga jika
sempat untuk memberi kabar. Aku menerima tawarn Om Tris dan aku membawa motor
Honda Megapro tahun 2008.
Tujuan pertama yang aku datangi adalah tempat laundri yang
nggak jauh dari asrama Kampus B. Aku langsung melanjutkan perjalanan
mengelilingi kota sekedar menghibur hati yang sakit karena gagal terbang.
Aku mengelilingi kota Samarinda dengan hati yang senang
tanpa ada beban. Aku membawa kuda besi ini dengan pede. Walaupun mungkin akan
keliatan lebih besar motornya daripada orangnya. Tanpa disadari aku sampai di
Kecamatan Loa Janan. Hampir dekat Tenggarong, Kukar. Maka, aku langsung
memutuskan pulang. Takut kalau aku pas adzan maghrib di jalan.
Sekian.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar